Home Info Agribisnis Kemajuan Industri Kelapa Sawit Indonesia Apakah Berkembang ?

Kemajuan Industri Kelapa Sawit Indonesia Apakah Berkembang ?

2313
SHARE
Perdagangan Kelapa sawit
Informasi Kelapa sawit

Sektor industri di Indonesia semakin berkembang, terutama dilihat dari sektor industri Kelapa Sawit. GAPKI optimistis industri kelapa sawit Indonesia semakin besar. Namun, tantangan di depan kudu piawai disiasti, seperti isu lingkungan dan regulasi Bea Keluar CPO.

TEKANAN PERDAGANGAN KELAPA SAWIT 

Walaupun mendapat tekanan dan ganjalan dalam perdagangan ke Uni Eropa, produksi dan ekspor minyak sawit Indonesia pada tahun 2010 ini bisa melonjak—melampaui produksi pada tahun 2009. Dengan luas lahan yang diperkirakan mendekati depalan juta hektare pada tahun silam, produksi minyak sawit mentah bisa melebihi 22 juta ton. Lebih dari 16 juta ton akan diekspor ke luar negeri. “Kita optimistis akan meningkatkan ekspor ini,” kata Joefly Bahroeny, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) pada peluncuran Perayaan “Semarak 100 tahun Kelapa Sawit Komersial di Indonesia” beberapa waktu lalu.

Joefly Bahroeny optimistis kejayaan kelapa sawit tetap dipertahankan—bahkan bisa menikmati masa keemasannya di masa mendatang. Tanaman yang dulu dianggap sebagai tanaman hias ini dan datang dari Afrika pada tahun 1848 itu, kini menjadi tanaman perkebunan dan salah satu sektor industri yang mendatangkan devisa besar bagi negara. Sebagai ilustrasi singkat, bendahara GAPKI Sumatera Utara Laksamana Adyaksa menyatakan di minggu-minggu Oktober, CPO (Crude Palm Oil) telah menembus USD 1000 per tonnya. Adyaksa memperkirakan angka ini akan terus melonjak beberapa waktu ke depan.

Simak Juga:  Replanting Pohon Sawit oleh Cisadane Sawit Raya

OPTIMISME PELAKU KELAPA SAWIT

Rasa optimisme para pelaku industri kelapa sawit ini tentu tidak tanpa alasan. Ada beberapa hal mendasar yang melandasi mengapa industri kelapa sawit ini memiliki harapan besar di tahun-tahun mendatang. Faktor pertama tak lain adalah faktor usia yang sudah seratus tahun. Joefly Bahroeny melihat usia ini tidak menandakan kerentaan dari industri, tapi sebalknya menjadi simbol kekuatan karena sudah berpengalaman mengarungi banyak tahapan zaman dengan segala krisis selama seratus tahun tersebut.

“Industri ini sudah eksis sejak tahun 1911. Sampai sekarang, industri ini masih eksis. Ini menandakan bahwa kami mempunyai modal besar untuk melangkah di hari-hari depan. Butuh perjuangan besar untuk membesarkan kelapa sawit sampai sekarangh,” tandas Bahroeny.

Pernyataan Bahroeny ini didukung oleh Balaman Tarigan, Direktur Produksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV. Menurut Balaman, industri kelapa sawit akan terus berjaya mengingat Kebon Pulo Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu sampai sekarang masih terus beroperasi sejak 1911. Maklum keduanya merupakan pioner industri kelapa sawit komersial di Sumatera Utara. Tingkat produksinya, kata Balaman, jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi, produksi Indonesia masih kalah dibandingkan produksi minyak sawit milik Malaysia.

Simak Juga:  Presiden Jokowi Meresmikan Tambak Budidaya Ikan Nila

Hal ini tak berlebihan bila menyebut Sumatera Utara sebagai Provinsi Kelapa Sawit. Dari sanalah produksi terbesar mengucur deras. Ini juga yang ditandaskan oleh pengamat ekonomi dari Institut Pertanian Bogor Tungkot Sipayung. Menurut dia, 55 persen PDRB (Product Domestic Regional Bruto) subsektor perkebunan provinsi ini bertumpu pada kelapa sawit. Sementara, 40 persen nilai ekspor Sumatera Utara berbasis kelapa sawit. Multiefek industri ini sangat besar bagi sistem perekonomian provinsi tersebut.

Peneliti senior agroindustri kelapa sawit Donald Siahaan mengatakan industri hilir terlengkap ada di Sumatera Utara. Di sana, ada minyak goreng, Olein, asam lemak, stearin, biodiesel, cocoa butter, margarin, palm kernel oil, dan sebagainya. Permintaan kelapa sawit ini sangat tinggi karena memenuhi kebutuhan sehari-sehari keluarga masyarakat Indonesia.

Pada usia ke-100 ini, Indonesia tercatat sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Bila digabung dengan Malaysia, kata Joefly Bahroeny, Indonesia dan Malaysia menguasai 80 persen perdagangan minyak sawit dunia.Sektor industri kealpa sawit ini berkontribusi pada lapangan kerja di mana 1,2 juta keluarga bekerja di sektor ini. Sementara, kontribusi ekspor USD 10 miliar pada tahun 2009. “Industri ini memberi banyak kontribusi bagi perekonomian Indonesia,” tandas Hatta.