KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) bakalan bekerja sama bersama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dimana mereka akan berupaya dalam mengembangkan teknologi di sektor genetika.
Kerja sama yang bakalan akan mereka jalani juga berkaitan dengan pengelolaaan kesehatan ikan bersama lingkungannya, pengembangan hormon rekombinan, serta pengembangan teknologi pakan (nutrisi).
Sebagai contoh kerja sama dalam pengembangan komoditas budidaya kala dijalankan secara adaptif yakni pengembangan jenis ikan nila salina kala selama ini memang sudah memberikan manfaat besar di segi produksi perikanan ranah nasional.
Karakteristik soal keunggulan nila salina sejauh ini yakni mampu dibesarkan dalam keramba jaring apung yang ada di laut dan tambak yang sudah berlangsung memakai salinitas 27–35 ppt (part per thousands).
Pertumbuhan serta efesiensi pakan bakalan akan menyebabkan produksi ikan tersebut sangat mampu digenjot. Mengingat Nila salina bisa dikembangkan sampai dengan berat 340 gram/ekor dijangka 3,5 bulan bersama FCR (food conversion ratio) di kisaran 1,46 sampai 1,56. Serta kelangsungan hidup mampu mencapai kisaran 85%.
“Hal tersebut mampu memberikan peluang usai sebelumnya nila memang dikenal dibudidayakan dalam areal air tawar. Memang beberpa waktu lalu sudah diadakan kerjasama soal pengembangan induk unggul dari jenis ikan kerapu tikus, usai hasilnya juga sudah memberikan kontribusi dalam peningkatan angka produksi ikan kerapu secara nasional,” ungkap Dirjen Perikanan Budidaya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan ke media.