NTP (Nilai Tukar Petani) sejauh ini memang bukanlah sebuah indikator terbaik dalam menilai kesejahteraan pata petani. Keputusa mengenai kesejahteraan petani akan menurun usai NTP turun dianggap sangat tak tepat.
Agung Hendriadi selaku Kepala Biro Humas dan Informasi Publik dari Kementerian Pertanian, memberikan penjelasan akan hal itu, ini selepas adanya tudingan dari pernyataan Faisal Basri kala mengetakan NTP petani sampai bulan Februari 2017 akan menurun bersama tolok ukur penurunan dari daya beli petani sama dengan kendaraan roda dua.
“NTP saat ini memang bukan satu-satunya patokan indikator dalam memutuskan kesejahteraan petani. Selain NTP, saat ini memang ada kisaran NTUP (Nilai Tukar Usaha Pertanian) dan ini dinilai lebih mencerminkan kapasitas kelayakan dari usaha petani,” kata Agung saat ada di Kantor Kementerian Pertanian, di kawasan Ragunan, Jakarta beberapa waktu lalu.
Agung juga mengatakan, kalau saat inin kemampuan daya beli petani memang bisa dilihat dalam kisaran upah buruh tani. Dan BPS mengatakan kalau upah nominal dalam sehari buruh tani nasional di bulan Februari 2017 mampu naik 0,55 persen kalau disbanding bulan Januari 2017 lalu. Ini juga soal upah riil buruh tani ikutan naik 0,16 persen. Dan daya beli buruh tani sejauh ini memang sudah mengalami peningkatan meski tak banyak.
Bila nantinya ingin mengukur soal naik turunnya NTP, Agung mengatakan kalau akan mengimbau Faisal Basri guna mengukur NTP di jangka waktu 6 bulan sampai dengan satu tahun. Dimana ini memang berdasarkan data dari NTP di tahun 2016 saat mampu di kisaran 101,65 (meningkat 0,06%) kalau dibandingkan adanya NTP 2015 di kisaran 101,59.