Banyaknya persaingan dalam industri perhiasan terutama mutiara kedepannya juga diwajibkan juga dengan dibarengi upaya pelestarian biota laut secara nasional. Hal ini dinilai bakalan akan membuat semua yang tinggal di pesisir pantai juga akan kian sejahtera dengan adanya keseimbangan ini.
Nuniek Anurningsih selaku pengawas dari Yayasan Mutiara Laut Indonesia, memberikan pernyataan kalau persaingan usaha mutiara dalam ranah dunia sekarang jauh kian sengit. Indonesia juga tengah bersaing dalam segi penghasil bersama negara Italia, Jepang serta juga lainnya. Mengingat angka produksi Indonesia saat ini dinilai jauh lebih besar dibandingkan negara lainnya.
Kabanyakan memang sekarang pengusaha asal Indonesia hanya sebagai suplier mutiara dan belum mampu menghasilkan barang bernilai seperti perhiasan.
“Persaingan dalam bisnis mutiara dalam pasaran memang semakin marak dan jenisnya juga bervariasi, sebagai contoh adalah mutiara air tawar asal China, kemudian South Sea Pearls asal Australia, Akoya asal Jepang, Myanmar dan Filipima serta Tahitian Pearls, saat ini malahan juga ada yang sintetik,” kata Nuniek menjelaskan.
Saat ini memang sangat perlu sebuah ruang buat pelaku usaha guna mampu memberikan pengarahan mengenai cara membeli dengan langkah benar dan juga pelestarian lingkungan serta langkah dalam menjaga biota laut di Indonesia.
Dengan langkah ini, maka akan mampu menjaga kelestarian dari biota laut, meskipun sudah sangat nyata akan manfaatnya selama ini. Hal ini dinilai juga akan mampu memberikan hal bagus ke masyarakat pesisir soal kesejahteraan mereka dalam melanjutkan kelangsungan hidupnya disana.