Sektor perkebunan menjadi unggulan dari Indonesia khususnya tanaman sawit, sektor ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dengan surfaktan basis sawit yang mampu menambah hasil produksi minyak bumi secara lanjutan dengan EOR Enhanced Oil Recovery.
Sesuai keterangan dari Hasan Hambali ketua Minyak dan Gas menyatakan jika Indonesia menjadi negara pertama pekembangan surfaktan berbasis sawit, hal itu sebagai langkah baru untuk produksi sawit tidak hanya menjadi produksi minyak goreng saja.
Untuk saat ini produksi sawit terkendala serangan penyakit yang membuat harga sawit tanah air menurun drastis, meskipun menjadi negara dengan produksi tertinggi akan tetapi banyak nengara yang masih belum menggunakan minyak goreng dari sawit.
Negara-negara seperti Arab, Kanada, As dan Eropa mayoritas mengkonsumsi minyak goreng dari bahan bunga matahari. Lanjut Hambali persaingan saat ini masih mampu untuk diatasi dengan syarat Indonesia harus menjadi surfakan yang akan berfungsi terhadap sejumlah negara-negara produsen minyak bumi.
Dengan menjadi surfaktan makan minyak sawit bisa digunakan di berbagai negara yang menginginkan menambah jumlah cadangan minyak dari negara-negara seperti Arab, Qatar, AS dan Kanada. Bahkan dengan surfaktan mampu meningkat produksi minyak hingga mencapai 20% dengan dibuktikan dalam uji coba pada kilang minyak Pertamina yang naik mencapai 4 kali lipat.
Dari laporanĀ sumur tua masih menghasilkan 10 barel dalam per harinya, setelah menjadi surfaktan mampu naik menjadi 40 barel dalam per harinya. Sedangkan untuk nilai ekonomi dalam hitungan sederhana untuk 1 barel senilai US$60 jika nilai rupiah menjadi 1 jutaan, dengan demikian dengan 30 barel asumur kecil akan menghasilkan 30 juta dalam setiap harinya.