Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan singkong, banyak sekali makanan yang berbahan dasar singkong. Selain itu, Singkong juga sangat mudah dijumpai dipasaran. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil singkong, namun ternyata hingga semester 1 tahun 2017, Pemerinah masih melakukan impor singkong dari beberapa negara seperti Vietnam dan Thailand.
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), Suharyo Husein membenarkan prihal impor singkong yang dilakukan oleh pemerinah. Namun impor singkong dilakukan dalam bentuk tepung dan tapioka. Impor terpaksa dilakukan sebab produksi singkong dalam negeri masih belum bisa mencukupi untuk kebutuhan industri, ditambah lagi dengan harga tepung tapioka asal Vietnam dan Thailand yang lebih murah dibandingkan tepung tapioka Indonesia.
Tapioka dalam negeri tidak bisa bersaing dengan tapioka dari kedua negara tersebut yang harganya di patok Rp 3.500 – Rp 4.000 per kg, sementara kalau harga produksi singkong kita Rp 1.000 per kg, minimal kita harus menjual tepung tapioka Rp 6.000 per kg.
Pemerintah saat ini dianggap belum terlalu memperhatikan singkong di Indonesia sebab dianggap belum menjadi komoditas strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Walau demikian. Singkong perlu mendapatkan pehatian pemerintah agar bisa semakin meningkatkan produksinya.
Mencatat data dari BPS, rata-rata produksi singkong di Indonesia mencapai 24 juta dalam satu tahun, dan 80% dari itu digunakan untuk industri. Seharusnya Kementerian Pertanian (Kementan) harus sudah bisa melirik industri singkong. Saat ini Kementan masih belum mengucurkan modal besar untuk singkong, Kementan baru memberikan subsidi pupuk organik meski tidak dalam jumlah yang besar.