Impor daging dalam skala besar merupakan langkah pemerintah untuk bisa menekan harga daging dipasaran. Namun hal ini malah semakin membuat petani rakyat semakin menderita. Semakin gencarnya impor yang dilakukan membuat peternak yang saat ini sedang melakukan penggemukan sapi di beberapa daerah mendapatkan saingan, selain itu juga beberapa peternak sudah ada yang tidak beroprasi karena harga sapi yang jauh lebih rendah sehingga tidak bisa untuk menutupi biaya operasional para petani. Tidak sedikit juga para petani yang mengubah cara bisnisnya, yaitu sapi di gunakan untuk keperluan lebaran haji saja, Impor daging sapi sangat memberikan dampak yang buruk bagi petani rakyat di daerah.
Daging impor saat ini sudah menyebar ke beberapa daerah, sehingga ikut mempengaruhi juga harga sapi lokal hidup. Harga sapi lokal dengan bakalan ada perbedaan harga yang cukup signifikan sehingga akan mempengaruhi harag dari peternak sapi dipasaran. Hal ini juga membuat para peternak lokal menjadi tidak tertarik lagi untuk beternak sapi, padahal penggemukan sapi lokal sangat penting untuk ikut mempertahankan ketersediaan sapi untuk di penjagalan.
Langkah menurunkan harga daging sapi dibawah Rp.100 ribu perkg memang sudah kebijakan pemerintah, namun kebijakan ini tidak dimbangi dengan peternak sapi lokal, karena hal ini peternak sapi lokal akan merasa kesulitan untuk menembus pasaran. Peternak masih mengharapkan harga daging sapi berada dikisaran Rp 110 ribu – Rp 120 ribu perkg, namun karena banyaknya daging impor yang masuk ditambah dengan daging kerbau impor yang harganya jauh lebih murah sehingga membuat harga sapi lokal semakin tertekan.
Bukan tidak mungkin, jika masih mengandalkan impor dengan harga yang lebih murah , tentu peternak sapi lokal akan mengalami penurunan, peternak sapi di indonesia akan anjlok lebih tajam karena tidak bisa bersaing dengan daging impor yang harganya jauh lebih murah.