Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, akan mencanangkan “Rabbit Day” atau Hari Kelinci 2015, pada Minggu (16/2).
“Hari ini (Minggu) Pemkot Samarinda berinisiatif mencanangkan sebagai Hari Kelinci 2015,” ungkap Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail pada peringatan perdana Hari Kelinci di Stadion Madya Sempaja Samarinda, Minggu.
Pencanangan Hari Kelinci itu kata Nusyirwan Ismail sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kota Samarinda pada pengembangan peternakan kelinci dalam upaya menciptakan peluang usaha bagi masyarakat.
“Dulu, kelinci hanya dianggap sebagai binatang peliharaan atau hias namun sekarang akan diarahkan dan dikembangkan pada peternakan kelinci pedaging yang bisa dikonsumsi sebagai makanan pengganti daging lain. Saat ini, kami terus melakukan pembinaan untuk pengembangan peternakan kelinci sekaligus mencoba pengembangan kulinernya,” kata Nusyirwan Ismail.
Selain pameran dan kontes kelinci, pada pencanangan Hari Kelinci tersebut juga diwarnai berbagai kegiatan lainnya diantaranya, pembagian secara gratis berbagai menu makanan olahan daging kelinci yakni, sate kelinci, bakso kelinci dan nugget kelinci.
“Mencintai kelinci, ujung-ujungnya bagaimana bisa memberikan pendapatan kepada masyarakat. Pemkot Samarinda mencanangkan Hari Kelinci ini, agar gaungnya lebih kuat dan resolusinya lebih luas. Akan sia-sia kita berusaha maksimal dalam pembudidayaannya, kalau sosialisasinya kurang,” ujar Nusyirwan Ismail.
Prospek budidaya kelinci lanjut Nusyirwan Ismail sangat besar, apalagi kelinci termasuk hewan kategori keluarga banyak (KB), atau dalam sekali melahirkan bisa menghasilkan anak hingga sembilan ekor.
“Tidak ada ancaman atau larangan mengkonsumsi kelinci dan dijamin 100 persen halal. Mari kita ubah paradigma lama yang menganggap, kelinci hanya hewan peliharaan. Jadi sekarang, dimakan oke, dipelihara boleh, apalagi bulunya pun bernilai jual tinggi,” ujar Nusyirwan Ismail.
Semua bagian dari kelinci menurut dia, memberikan manfaat.
Selain dagingnya yang sehat dan murah, limbahnya juga bisa digunakan, termasuk kencing kelinci yang dapat dijadikan sebagai pupuk dengan harga jualnya Rp25.000 per liter.
“Bulunya bisa dijadikan dompet dan asesoris lainnya dengan nilai jual tinggi yakni mencapai Rp 10 juta. Tentu, kelinci berbeda jenisnya, ada kelinci pedaging, kelinci hias/peliharaan maupun untuk bulu,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Samarinda Syamsul Bahri mengatakan bahwa pengembangan kelinci tersebut merupakan hal yang wajib.
“Suka atau tidak suka, ini harus dilakukan sebagai upaya ketahanan pangan. Kebutuhan daging sapi terus meningkat sementara harganya melambung tinggi sehingga daging kelinci menjadi alternatif pengganti daging sapi dan kerbau. Tinggal bagaimana warga, mau mengkonsumsi atau tidak yang jelas beda, antara kelinci pedaging dengan hias,” kata Syamsul Bahri.
Di Samarinda sendiri kata Syamsul Bahri sudah terbentuk kelompok budidaya kelinci yang berada di Kelurahan Lok Bahu dan wilayah Kecamatan Palaran.
“Kelompok budidaya kelinci itu mensuplai kebutuhan di rumah makan kuliner kelinci termasuk di depot kelinci Al Koetai di Balaikota yang baru-baru ini diresmikan pak Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang,” ungkap Syamsul Bahri.