Adanya sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) memang cukup jadi salah satu acuan internasional jika perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia sudah dikelola dengan berkelanjutan. Dimana ISPO bakalan akan jadi senjata ampuh Indonesia menembus pasaran Eropa dan Amerika.
Musdalifah Mahmud selaku Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian dari Kemenko Perekonomian mampu menjelaskan hal ini saat dia membuka “Konferensi Nasional Perkebunan Rakyat Indonesia” yang beberapa waktu lalu dilangsungkan di Jakarta.
Konferensi itu memang diselenggarakan beberapa LSM dan semuanya tergabung dari petani sawit semisal SPKS (Serikat Petani Kelapa Sawit), SPI (Serikat Petani Indonesia), serta juga API (Aliansi Petani Indonesia).
Dalam pernyataan Musdhalifah, ISPO yang sekaligus menjadi standar global memang diperlukan supaya sawit Indonesia kedepan bisa bersaing di ranah internasional.
“Kita akan tak bisa memenangi persaingan dalam pasar global, jika kita tak mengikuti standar internasional layaknya ISPO,” jelas dari Musdhalifah.
Dia mengatakan kalau kebutuhan minyak sawit mentahdalam ranah nasional sebenarnya sekitar 6 juta ton, namun Indonesia sejauh ini mampu memproduksi hingga 30 juta ton.
“Selisih dari produksi dan juga kebutuhan tersebut bisa dipakai dalam meningkatkan kesejateraan rakyat. Namun saat ini kita diwajibkan juga mengikuti standar internasional supaya kedepan harganya semakin kompetitif. Sawit yang tak sesuai dengan standar internasional, dipastikan harganya jatuh.” tegasnya.