Midzon Johannis selaku sales dari Capability ASEAN and Head of Corporate Affair Indonesia mengatakan kalau benih jagung akan menjadi bisnis paling utama dari PT. Syngenta Indonesia. Dimana kali ini, memang kapasitas pabrik dalam masa pengembangan benih jagung dalam kawasan Pasuruan, Jawa Timur sudah mencapai 8.000 ton dalam setiap tahun, namun sejauh ini masih terpakai sekitar 40%. Syngenta, dalam pandangan dia akan masih memaksimalkan semua kapasitas yang ada dalam mencukupi permintaan benih jagung usai adanya kebijakan pemerintah dalam menjelankan pengetatan impor jagung. Dengan ini, pengembangan kapasitas juga akan masih dimungkinkan usai masih ada sisi lahan pabrik kala belum dibangun, saat ini dalam laporan memang masih ada sekitar 2 ha (20%) dari total lahan 10 ha. “Saat ini memang msih ada potensi dalam mengembangkan pasar yang akan dilaksanakan di beberapa tahun nantinya. Mengingat pemerintah juga mengatakan kalau tak akan ada impor jagung,” ungkapnya. Syngenta Indonesia saat ini juga masih mengambil langkah memaksimalkan luasan pabrik pestisida yang ada di Gunung Putri, Bogor, kala hanya dipakai sebesar 60% dari cakupan kapasitas produksi sebesar 1,5 juta liter dalam setiap bulannya. Bukan hanya akan memaksimalkan kapasitas pabrik, dalam tahun ini ihak Syngenta memang juga tengah fokus dalam upaya mereka melakukan registrasi benih padi dan ini masih dijalani bersama Kementerian Pertanian, mereka bakalan akan melakukan pelepasan ke pasar, usai 6 tahun kemarin mereka hanya fokus dalam mengembangkan benih padi jenis hibrida. Kini PT Syngenta Indonesia memang menargetkan akan juga bisa merilis benih padi hibrida di tahun 2019.
