Salah satu tradisi kaum tani yang dimiliki masyarakat Purwakarta adalah acara hajat bumi. Acara tersebut merupakan bagian dari kearifan tradisi itu terjaga dengan baik secara turun-temurun, seperti yang terlihat hari Rabu (25/5). Seluruh masyarakat baik tua maupun muda larut dalam keriuhan hajat yang dilaksanakan oleh panitia penyelenggara yang terdiri atas unsur tokoh adat masyarakat setempat itu.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Purwakarta Anne Ratna Mustika memberikan apresiasi terhadap acara hajat bumi, sebuah tradisi sedekah wajib bagi warga Desa Linggamukti, Kecamatan Darangdan, Purwakarta, setiap panen raya. Anne mengusulkan agar ada subsidi silang hasil panen.
Anne, yang hadir di lokasi acara dengan sambutan “Uwa Lengser”, mengatakan tradisi dan kebudayaan yang tecermin dalam hajat bumi harus selalu dilestarikan. Wanita yang akrab disapa Ambu ini menilai hajat bumi merupakan bentuk rasa syukur sejati atas anugerah Tuhan Yang Mahakuasa dalam bentuk panen yang melimpah.
“Di sini segenap warga berkumpul dengan membawa hasil bumi yang mereka tanam. Sekarang mereka panen dan membuat acara ini sebagai bentuk rasa syukur. Saya kira tradisi ini harus tetap lestari,” kata Anne di sela acara.
Anne juga menilai hajat bumi merupakan momentum untuk berbagi pada sesama mengingat panen setiap komoditas pangan tidak selalu sama. Sebagian mungkin melimpah, sebagian lagi tidak. Dalam konteks ini Anne menyerukan subsidi silang dari warga yang memiliki hasil panen yang melimpah kepada warga yang memiliki hasil panen yang kurang baik sehingga tercipta mekanisme ketahanan pangan yang mandiri dalam internal kehidupan warga sendiri.
“Nanti warga bisa saling berbagi. Jenis‑jenis komoditas pangannya, kan, banyak sekali. Kalau diterapkan dalam konsep sehari‑hari, warga Linggamukti dapat membangun mekanisme ketahanan pangannya sendiri,” ujar Anne.
Acara yang turut dihadiri oleh Sekda Kabupaten Purwakarta Padil Karsoma beserta segenap jajaran Muspika Kecamatan Darangdan ini berlangsung meriah. Antusiame warga tecermin dari membeludaknya iring‑iringan sampai memenuhi badan jalan.
Salah satu warga yang hadir, Jajang (34), mengaku sejak sebelum subuh ia menyiapkan dongdang berisi hasil bumi untuk diarak keliling desa. Ia tidak merasa lelah karena rasa lelahnya sudah tertebus oleh kemeriahan acara.
“Cape ge teu karaos, Kang. Resep pokona mah (Lelah juga tidak terasa, Kang. Pokoknya suka),” katanya sambil memikuldongdang. –Nilam/HumasPWKT