Septian Wijaya memang salah satu pengusaha sapi perah mulai 2012 bersama angka investasi sebesar Rp2 miliar, dimana dia saat itu memiliki 130 ekor sapi perah serta lahan yang luasnya 50 ha. Dia selama menjalankan memang pernah mengalami kerugian dan di tahun 2014 Tian kian menata usahanya bersama langkah menyeleksi sapi yang dirasanya produktif dan sisanya tinggal 49 ekor.
Penataan memang dilakukan juga dalam sistem manajemen pemberian pakan ternak. Dalam komposisi pakan ternak sebesar 70% hijauan serta 30% konsentrat, meski sebelumnya hanya mengandalkan konsentrat saja. Hasilnya, angka produksi susu sebesar 464 liter dalam setiap harinya.
Dan saat ini, dari jumlah 29 ekor sapi mampu memproduksi sebesar 16-17 liter dalam tpa hari per ekor sapi, dan sisanya yakni dara bunting bersama indukan kering di kandang.
Sampai dengan saat ini memang sebanyak 70% yang dihasilkan dari produksi susu dipakai sebagai salah satu bahan baku mozarella yang ada di pabriknya, dan lainya disebar ke Industri Pengolahan Susu bersama bandero Rp6.500 per liter.
“Susu yang kami produksi menjadi rebutan pengusaha IPS dan juga kaf, dimana harga juga bersaing. Saat ini peternak juga harus berpikir ke kualitas. Saat ini dibutuhkan investasi mahal, namun nantinya bakalan akan bisa menghasilkan kualitas terbaik,” kata dia memberikan gambaran akan usahanya.
“Saya juga menerapkan manajemen terbaik dalam mengurusi sapi perah, dimana ini mulai dari langkah pembibitan serta pakannya. Soal komposisi pakan sebanyak 60% hijauan serta 40% kami campur dengan konsentrat, kedepan hasilnya akan mampu memasok kebutuhan nasional” imbuh dia menjelaskan.
