Banyak pihak kali ini memang mempertanyakan soal produksi dari beberapa komoditas pertanian yang nampak naik, namun malahan sama sekali tak berimplikasi positif ke kesejahteraan para petani. Ini dibuktikan akan adanya tren penurunan NTP (Nilai Tukar Petani) sebagai sebuah indikator dalam menentukan angka kisaran kesejahteraan para petani.
“Kalau angka produktivitas naik, maka akan ada input produksi semisal subsidi pupuk, bantuan traktor, benih serta akan memutus mata rantai dalam serapan Bulog, dan ini seharusnya memang ada nilai tambah ke petani. Kami heran mengapa kesejahteraan petani semakin tak menentu,” kata Herman Khaeron selaku Wakil Ketua Komisi IV DPR ke media.
Herman saat itu juga mempertanyakan soal data pertanian yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Kemudian dirinya juga mencontohkan capaian angka produksi gabah kering yang sebesar 79,1 juta ton (47 ton beras), dalam pandangannya seharusnya ini sudah mampu menutup semua kebutuhan beras secara nasional dengan target 33 juta ton, ini bisa dihitung dari permintaan 124 kg/kapita dalam setiap tahun. Tapi dalam kisaran harga internasional malahan harganya sama sekali tak menentu.
“Hakekatnya memang pembangunan ditujukan untuk kesejahteraan semua rakyat. Dan saatnya pihak pemerintah kini melakukan reorientasi semisal memikirkan kesejahteraan petani, usai sebelumnya hanya mengejar tingkat produksi,” tambah dia.