India tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 beberapa pekan terakhir dan sedang melakukan karantina. Hal ini pula yang menyebabkan vaksin dari India terhenti pengirimannya. Meski begitu, kerja sama perdagangan antara Indonesia dan India masih terus berlangsung. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi.
“Secara umum tidak ada kendala dalam kegiatan fasilitasi ekspor impor antara Indonesia dan India. Protokol kesehatan diterapkan untuk mencegah warga negara asing masuk, termasuk India. Namun, hal ini tidak mengganggu kelancaran bongkar muat barang,” ungkap Mendag, Lutfi.
Sejalan dengan Mendag, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Didi Sumedi mengungkapkan bahwa karantina di India tidak akan mempengaruhi produk ekspor, hal ini terjadi karena produk ekspor Indonesia ke India berahan liquid atau cair sehingga minim pelibatan orang.
“Pelabuhan Dumai merupakan salah satu pelabuhan dengan terminal curah cair terbesar di Indonesia. Di tengah pandemi Covid-19 Dumai tetap menjadi pelabuhan umum yang tertinggi dalam pengapalan CPO dan turunannya di Indonesia. Kebanyakan ekspor RI ke India saat ini lebih banyak terkait produk likuid/cair yang perpindahannya lebih banyak melalui saluran pipa, jadi sangat minimal keterlibatan orang,” terang Didi.
Produk ekspor utama Indonesia ke India adalah batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, karet, dan pupuk kimia. Namun untuk pada tahun 2020-2021, Indonesia cenderung mengekspor minyak kelapa sawit dan batu bara yang tidak memerlukan banyak kontak fisik ketika melakukan bongkar muatan.
Sementara itu, Indonesia mengimpor beberapa bahan seperti daging kerbau beku, kacang, hidrokarbon siklik, produk baja, dan gula dari India.
Pada periode 2020 lalu, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar US$6,65 miliar. Hal tersebut dapat menjadi salah satu tonggak perekonomian Indonesia di masa pandemi.