Daftar Isi
Perum Bulog, sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas ketahanan pangan nasional, baru menyerap 633.000 ton gabah petani hingga April 2024. Jumlah tersebut setara dengan 329.000 ton beras. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan target awal Bulog yang sebesar 1,5 juta ton. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya serapan gabah petani.
Faktor Rendahnya Serapan Petani
Salah satu faktor utama adalah periode panen yang pendek. Di tengah masa panen yang singkat, para petani secara bersamaan berusaha memasukan gabahnya ke pengering yang ada di Bulog dan penggilingan-penggilingan, akibat cuaca yang tidak mendukung petani untuk menjemur gabah. Sementara, mesin pengering yang ada sangat terbatas. Faktor lainnya adalah kualitas gabah yang tidak optimal. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan pupuk di tahun 2023 dan awal 2024, sehingga gabah tidak masuk dalam tabel persyaratan mutu yang telah ditetapkan.
Pengadaan Beras Bulog
Jenis Pengadaan | Jumlah (ton) | Asal | Waktu Kedatangan | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Business to Business (B to B) | 1.200.000 | Berbagai negara | April-Mei 2024 | Pengadaan beras melalui kerjasama dengan perusahaan swasta di luar negeri |
Government to Government (G to G) | 72.500 | Thailand (50.000 ton) dan Kamboja (22.500 ton) | Sudah tersedia di gudang Bulog | Pengadaan beras melalui kerjasama antar pemerintah |
Bantuan Pangan | – | – | Mei-Juni 2024 | Menunggu data penerima bantuan pangan dari Kemenko PMK |
Hingga saat ini, posisi stok beras di gudang Bulog mencapai 1,45 juta ton. Jumlah tersebut lantaran pemerintah belum kembali menyalurkan beras untuk bantuan pangan. Rendahnya serapan gabah petani oleh Bulog menjadi perhatian serius. Bulog perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan serapan gabah petani, sehingga dapat menjaga ketahanan pangan nasional.