Home Info Agribisnis Alasan Presiden Jokowi Meresmikan Budidaya Nila

Alasan Presiden Jokowi Meresmikan Budidaya Nila

12
SHARE
Budidaya Ikan Nila

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kawasan Karawang, Jawa Barat, pada tanggal 8 Mei 2024. Peresmian ini menandai transformasi tambak udang seluas 80 hektare menjadi pusat budidaya ikan nila salin yang modern dan berkelanjutan.

Alasan Transformasi

Alasan Transformasi Penjelasan
Permintaan Pasar yang Tinggi Permintaan ikan nila salin di tahun 2024 mencapai US$14,4 miliar atau setara dengan Rp230 triliun. Angka ini menunjukkan potensi besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di pasar ikan nila salin dunia.
Pemanfaatan Lahan yang Terkontaminasi Lahan tambak udang yang dibangun sejak 1984 terkontaminasi dan tidak dapat digunakan untuk budidaya udang. Transformasi menjadi pusat budidaya ikan nila salin merupakan solusi untuk memanfaatkan lahan tersebut secara optimal.
Peningkatan Produksi Ikan Nila Nasional Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi ikan nila nasional. Transformasi tambak udang menjadi pusat budidaya ikan nila salin diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan nila secara signifikan.
Pembukaan Lapangan Kerja Program ini berpotensi membuka lapangan kerja yang besar. Diperkirakan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp13 triliun untuk membuka tambak budidaya ikan nila salin di atas lahan seluas 78.000 hektare. Anggaran ini akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan.
Keberlanjutan dan Teknologi Modeling budidaya ikan nila salin menerapkan konsep keberlanjutan dan teknologi terkini. Penggunaan mesin pakan otomatis dan IPAL memastikan efisiensi dan ramah lingkungan.
Simak Juga:  Kementan Intruksi BUMN Tentang Penyerapan Gabah

Keputusan untuk mengubah tambak udang menjadi pusat budidaya ikan nila salin didasarkan pada permintaan pasar yang tinggi. Jokowi mengungkapkan bahwa permintaan ikan nila salin di tahun 2024 mencapai US$14,4 miliar atau setara dengan Rp230 triliun. Angka ini menunjukkan potensi besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di pasar ikan nila salin dunia.

Investasi dan Pendanaan

Transformasi tambak udang menjadi pusat budidaya ikan nila salin membutuhkan investasi yang signifikan. Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana modeling nila salin berbasis kawasan mencapai Rp76 miliar. Anggaran ini digunakan untuk membangun infrastruktur jalan, perkantoran, penerangan, penataan kolam produksi, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, laboratorium, dan mesin pakan otomatis.

Simak Juga:  Petani di Kulon Progo Menghadapi Hama Dengan Alat Canggih

Potensi Ekonomi

Modeling budidaya ikan nila salin diharapkan dapat menghasilkan produktivitas sekitar 7.020 ton per siklus atau senilai Rp210,6 miliar. Dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp30 ribu per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar.

Manfaat Ekonomi dan Sosial

Transformasi tambak udang menjadi pusat budidaya ikan nila salin tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga manfaat sosial. Program ini berpotensi membuka lapangan kerja yang besar. Diperkirakan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp13 triliun untuk membuka tambak budidaya ikan nila salin di atas lahan seluas 78.000 hektare. Anggaran ini akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan.

Keberlanjutan dan Teknologi

Modeling budidaya ikan nila salin menerapkan konsep keberlanjutan dan teknologi terkini. Penggunaan mesin pakan otomatis dan IPAL memastikan efisiensi dan ramah lingkungan. Selain itu, modeling ini diharapkan dapat menjadi percontohan budidaya ikan nila salin bagi pelaku usaha yang memanfaatkan perairan umum seperti danau.

Transformasi tambak udang menjadi pusat budidaya ikan nila salin merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produksi ikan nila nasional dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di pasar ikan nila salin dunia. Program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga manfaat sosial dan lingkungan.

[Sumber]