Home Info Agribisnis Peternakan Geliat Industri Peternakan Indonesia 3 Tahun Terakhir

Geliat Industri Peternakan Indonesia 3 Tahun Terakhir

4025
SHARE

Industri peternakan Indonesia selalu menjadi sorotan publik karena masih dirundung banyak masalah yang sampai sekarang belum ditemukan solusi efektifnya untuk jangka panjang.

Lemahnya industri peternakan di Indonesia karena kebijakan-kebijakan yang kurang tepat sasaran sangat terasa ketika menjelang hari raya di mana harga-harga daging selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang tidak hanya merugikan konsumen tapi juga merugikan para pedagang dan juga penjagal sapi.

Sejak tahun 1990 Indonesia telah mengimpor sapi hidup dari Australia yang jumlahnya semakin besar dan mencapai puncaknya pada tahun 2009 dengan jumlah sapi impor hingga 772.868 ekor sapi hidup.

Penurunan industri peternakan di sektor unggas juga tidak kalah suramnya. Sejak beberapa tahun belakangan semakin banyak perusahaan besar yang melakukan overekspansi dan mematikan peternak ayam lokal karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang memiliki modal dan sumber daya jauh lebih besar.

Dilema keseimbangan supply-demand

Keran impor yang tidak pernah berhenti dibuka oleh pemerintah menekan peluang peternak lokal untuk berkembang karena dengan adanya impor ternak tentu akan berpengaruh terhadap harga dari daging di pasaran lokal. dengan tersedianya supply daging yang dibantu oleh impor pemerintah masyarakat akan diringankan dari beban harga daging yang sudah tidak terkontrol.

Simak Juga:  Pabrik Gula Pradjekan Fokus Target Penjualan

Tetapi di saat yang bersamaan, jika pemerintah hanya mengandalkan impor ternak untuk memenuhi supply maka hal tersebut berpotensi untuk mematikan industri peternakan di Indonesia yang selama beberapa tahun belakangan tidak begitu stabil. Meski begitu, sampai saat ini industri peternakan di Indonesia juga dianggap masih belum mampu untuk menyediakan supply daging demi memenuhi demand atau permintaan daging dari masyarakat.

Untuk mengontrol agar tidak terjadi oversupply seperti yang terjadi pada tahun 2009 yang menyebabkan industri peternakan Indonesia terpuruk, mulai tahun 2014 pemerintah Indonesia mencanangkan program swasembada daging di mana permintaan pasar akan dipenuhi dengan daging lokal sebanyak 90% dan 10%-nya lagi dipenuhi dari impor.

Namun target ini kemudian dihentikan dan digantikan dengan program peningkatan populasi sapi lokal dengan inseminasi buatan. Kemudian pada tahun 2016 mulai diperkenalkan Sentra Peternakan Rakyat yang memberikan edukasi kepada peternak lokal untuk meningkatkan hasil produksi daging potong dengan sehat.

Simak Juga:  Integrasi Sawit dengan Budidaya Sapi di Sulawesi Tengah

Rekomendasi solusi

Menurut Prof. Ali Agus, DAA, DEA yang merupakan Dekan Fakultas Peternakan UGM, inti dari permasalahan industri peternakan Indonesia yang banyak dilema ini terletak pada suppy dan demand yang tidak seimbang. Sehingga untuk menyeimbangkan antara pasokan daging dan permintaan, yang bisa dilakukan adalah:

Menentukan titik keseimbangan supply dan demand yang dilakukan dengan musyawarah antara peternak, pelaku industri ternak, pengusaha, pedagang, dan juga peneliti akademisi yang dilakukan tanpa membesarkan kepentingan masing-masing pihak.

Menetapkan angka kuota impor secara berkala sesuai dengan hasil poin pertama agar tidak terjadi oversupply atau undersupply yang menyebabkan harga daging potong tidak stabil.

Serta merancang program swasembada ternak yang lebih paten dan mengedepankan kepentingan nasional untuk tahun 2030.