Peningkatan produksi tanaman kakao dalam tahun ini semakin disiginifikasikan mencapai 350.000 ton, hasil produksi tersebut di pengaruhi penambahan area tanaman.
Soentanto Abdoellah selaku Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia mengatakan jika dalam akhir tahun ini peningkatan itu bisa lebih target apalagi dibarengi dengan panen raya berlangsung dari bulan November sampai bulan ini.
Jumlah peningkatan dalam akhir tahun ini mencapai 40.000 ton, meskipun dalam tahun impor dari kakao naik akan tetapi ekspor kakao tanah juga meningkat. Dalam artian kondisi pasar dari kakao stabil meskipun belum terbilang secara signifikasikan.
Sedangkan dari laporan Dekaindo produksi dalam tahun 2017 yang mencapai 310.000 ton, Stakeholder yang fokus dalam sektor komoditas tersebut melaporkan hasil yang sama dari bulan september.
Sambungnya meningkatnya produksi dalam tahun ini secara data lapangan karena penambahan area tanama selama 2-3 tahun dengan produksi bertambah di daerah Lampung dan SUMBAR. Namun dua daerah tersebut masih jauh dari produkis di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Selawesi Barat.
Dengan hasil tersebut tidak lantas berbangga, namun sebagai evaluasi dalam tahun depan karena masih ada peluang terjadinya koreksi produksi dalam tahun 2019 pada produksi utama di emapt daerah unggulan.
Prediksi dalam tahun depan di daerah Sulawesi kemungkinan besar menurun, hal itu disebabkan tanaman yang sudah berumur tua secara data sudah dipastikan produksi juga akan mengalami penurunan dibandingkan dengan tanaman yang baru dan berada di umur produktifitas.