Home Info Agribisnis Perkebunan Entrepreneur Kakao Targetkan Diskriminasi Diatasi

Entrepreneur Kakao Targetkan Diskriminasi Diatasi

1150
SHARE

AIKI mengharapkan pemerintah bisa merampungkan masalah diskriminasi tarif bea masuk untuk kakao olahan di Uni Eropa yang telah mulai sejak lama berlangsung.

Keinginan tersebut menyusul langkah pemerintah percepat kesepakatan perdagangan internasional dengan beberapa negara yang ditargetkan usai sampai akhir dalam tahun ini.

Penjelasan Ketua Umum Aiki Pieter Jasman mengemukakan, industri kakao sudah mulai sejak lama hadapi diskriminasi tarif bea masuk kakao olahan di Uni Eropa. Di mana product asal Indonesia dipakai bea masuk 4%-9%, sedang product sejenis yang berasal Afrika dikenakan bea masuk 0%.

Industri mengharapkan tarif bea masuk bisa di turunkan jadi 0%, seperti product semacam asal Afrika. ” Bila ini berhasil pastinya begitu berguna untuk tingkatkan daya saing product kita di Uni Eropa, ” tuturnya lewat pesan singkat pada hari Minggu 10/9.

Simak Juga:  Penanaman Mangrove oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM)

Pieter menyebutkan bila diskriminasi tarif bea masuk bisa dikerjakan, jadi daya saing product kakao yang berasal dari Indonesia jadi makin kuat. Uni Eropa jadi pasar utama untuk product kakao olahan berbentuk cocoa butter.

” Dikarenakan untuk sekarang ini dengan dikenakan pajak bea masuk, product kita menjadi lebih mahal di banding product asal Afrika, ” paparnya.

Berlainan dengan kakao, sektor komoditas kopi dinilai tidak menjumpai banyak kendala dalam berbagai perdagangan antarnegara.

” Untuk kopi, sedikit kendala di perdagangan internasional. Tetapi, export kita terbatas oleh jumlah, ” papar Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia “Gaeki” Hutama Sugandhi saat dihubungi pada hari Minggu 10/9.

Dia menyebutkan, mengkonsumsi kopi yang bertambah tidak dibarengi dengan penambahan produksi kopi yang ada dalam negeri. Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian tunjukkan, produktivitas kopi selalu alami penurunan mulai sejak tahun 2012 sejumlah 745 kg per ha/tahun jadi 706 kg per ha/tahun pada tahun 2016.

Simak Juga:  Komitmen BPN Sulteng Membangun Kesejahteraan Warga dengan Agraria

” Kendala malah di hulu. Sekarang ini produksi tidak bertambah, sedang konsumsi bertambah terus. Hingga jumlah yang diekspor semakin lama semakin terbatas, ” tegasnya.

Berkaitan langkah pemerintah percepat kesepakatan perdagangan internasional dengan beberapa negara yang ditargetkan selesai sampai akhir tahun ini, dia mengharapkan kesepakatan setelah itu tidak bisa jadi kendala untuk komoditas kopi.

” Bila untuk komoditi kopi tak ada kendala. Untuk Asean yang telah dikerjakan selama ini balance, ” paparnya.