Jahe merupakan salah satu rempah rempah yang memiliki nilai ekspor cukup tinggi. permintaan jahe dipasar internasional terus mengalami peningkatan. Hal ini membuat produktifitas jahe semakin digenjot agar bisa memenuhi permintaan jahe diluar negeri. Jahe biasanya digunakan untuk campuran makanan dan minuman. Namun Jahe juga banyak dicari oleh industri farmasi. Pada tahun 2017 ini, diperkirakan produksi jahe bisa mengalami peningkatan sebesar 10% – 15% menjadi 170.000 – 180.000 ton dibanding realisasi jahe tahun lalu yang hanya mencapai 160.000 ton.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Jahe Organik (Astajo) menyampaikan bahwa Indonesia memiliki tiga jenis jahe yaitu jahe gajah, Jahe emprit dan jahe merah. Ketiga jenis jahe tersebut sudah memiliki pasar masing masing. Seperti Jahe gajah yang sanga diminati dipasar ekspor, sementara itu jahe emprit dan jahe merah lebih banyak untuk dikonsumsi didalam negeri. “ucapnya”.
Permintaan jahe gajah dipasar ekspor sangat tinggi, di Belanda Saja jahe gajah digunakan sebagai bahan baku minuman, malah masyarakat Indonesia sendiri yang jarang mengkonsumsi jahe gajah. Bukan hanya dikonsumsi, Belanda juga menjadi pengepul jahe gajah untuk kawasan Uni Eropa. Belanda menjual Jahe gajah ke beberapa negara Eropa dengan harga yang cukup tinggi.
Walaupun produksi akan meningkat, namun ekspor jahe gajah diprediksi akan mengalami kelesuan. Hal itu terjadi karena China baru saja panen jahe sehingga akan menghambat ekspor jahe gajah dari Indonesia. Sebab produksi China yang melimpah ditambah harga yang kalah bersaing membuat jahe gajah Indonesia akan mengalami kelesuan.
Biasanya jahe gajah bisa dijual dengan harga Rp 10.000 per kg, saat ini hanya Rp 2.500 per kg Rp 3.000 per kg. Sedangkan pasar lokal sangat sedikit menyerap jahe gajah.