Pemerintah melalui Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman meminta untuk proses perizinan investasi pengolahan karet di Bengkulu semakin dipercepat. Menurut Mentan, dengan percepatan ini diharapkan bisa mempercepat penyerapan karet dari petani. Karena saat ini penyerapan karet dari petani masih memakan waktu.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan karet Indonesia (Gapkindo), Suharto Honggokusumo mengatakan, sangat sulit untuk melakukan hal ini kaena Daftar Negatif Investasi (DNI) yang sudah direvisi memiliki persyaratan yang dianggap berat.”ucapnya”. tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan kebijakan yang nantinya akan diterapkan tersebut.
Menurutnya, DNI dibuka namun persyaratannya cukup berat. Investor harus menyediakan minimal 20% bahan baku sendiri, terus 80% berasal dari mitra termasuk 20% plasma.
Dilain sisi, dia juga ikut mempertanyakan tujuan pemerintah yang membuka kesempatan untuk asing bisa berinvestasi di tanah air, khusunya sektor karet. Karena saat ini industri sedang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Saat ini kapasitas pengolahan karet sebesar 5,2 juta ton, namun bahan baku hanya 3,2 juta ton. lalu apa tujuannya investasi dibuka untuk asing?
Apabila kapasitas industri semakin besar, tentu hal ini akan berimbas terhadap perusahaan kecil. Sudah pasti perusahaan kecil tidak bisa bersaing untuk mendapatkan bahan baku. Bahan baku karet bisa dikuasai oleh perusahaan besar atau perusahaan asing. Sementara itu, perusahaan kecil tidak bisa berinvestasi karena persyaratan yang terlalu berat.
Saat ini yang harusnya dilakukan adalah mengatasi kapasitas produksi yang sudah berlebih. Sebab jika terjadi kelebihan bahan baku akan menyebabkan penurunan harga untuk karet. Apalagi saat ini Thailand mengalami over supply bahan baku.
Dengan kondisi yang terjadi di Indonesia sedang mengalami kelebihan kapasitas bukan berarti sama dengan kekurangan bahan baku. Dipasar global sudah terjadi keseimbangan supply dan demand. Jika bahan baku ditambah berarti kelebihan supply, tentu harga akan turun. Seperti yang saat ini sedang terjadi di Thailand